Sempat Jadi Tukang Becak Tahun 1995, Kini Sokhiatulo Laia Jadi Pengusaha Sukses di Riau dan Maju Bacalon Bupati Nisel

Riau158 Dilihat

PELALAWAN, simakkepri.com – Kisah seorang pria bernama Sekhiatulo Laia yang dulu pernah menjadi tukang Becak Dayung di Kota Medan pada tahun 1995, kini dikenal sebagai pengusaha sukses di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Pria yang kini lebih dikenal dengan nama Talabu itu memiliki banyak usaha, diantaranya adalah kontraktor dengan perusahaan bernama PT TALABU, dan yang baru-baru ini cukup menggemparkan adalah kepemilikan Showroom Sepeda Motor Listrik merk Gesits.

Sosok putra terbaik asal Nias Selatan yang telah berhasil mengembangkan berbagai usaha di Riau dan bahkan Sumatera tersebut, kini bertekad pulang kampung untuk maju berkompetisi pada Pilkada serentak 2024 di Kabupaten Nias Selatan.

Sokhiatulo Laia qcukup dikenal di Riau, pria yang memiliki 7 orang anak itu saat ini menjadi perbincangan di kalangan publik setelah dirinya menyatakan maju menjadi Bakal Calon Kepala Daerah di Nias Selatan (Nisel). Dalam hal itu ia mendapatkan dukungan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berupa surat rekomendasi menuju Nisel-1.

Terungkapnya kisah seorang putra asal kelahiran Nias Selatan ini, ketika Sokhiatulo Laia di undang sebagai bintang tamu dalam acara Phodchast canel You Tube Jelajah-Rtv beberap waktu lalu.

Acara yang di taja Jelajah-Rtv dengan judul: Bebual “Cakep Engkau dan Cakep Aku” mengungkap kisah hidup Sokhiatulo Laia yang sosoknya begitu dikenal sebagai pengusaha sukses di wilayah Provinsi Riau dan orang yang bersahaja, bersosial tinggi terhadap sesamanya.

Di acara Vodchas Jelajah-Rtv tersebut, kisah Sokhiatulo Laia terungkap bahwa Tahun 1995 menjadi Tukang Becak Dayung di Kota Medan hingga kisah hidupnya menjadi pengusaha besar dan sukses di daerah Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Sokhiatulo Laia, merantau kali pertama di Kota Medan 1995 dan selama kurun waktu kurang lebih 6 bulan disana menjadi tukang becak dayung. Kemudian, merasakan kehidupan yang begitu keras kala itu sehingga memilih bekerja di Rumah Makan dengan tujuan mencari ongkos pulang kampung.

Setelah mendapat ongkos pulang kampung dan mencoba kembali memulai usaha dari Nol dengan menyewa sebidang lahan untuk bertani sawah. Selanjutnya, ada keluarga yang balik merantau dari Riau, mengajaknya untuk bekerja di wilayah Riau.

Pada ketika itu, dirinya menolak merantau lagi. Namun, karena ayah mertuanya turut mendorong mencoba kembali merantau dan disetujui oleh keluarganya waktu itu, sehingga ia memutuskan ikut bersama puluhan warga dari nias lainnya.

“Bertolak dari Nias saat itu, Tanggal 15 Januari 2003 dan sampai di Pangkalan Kerinci 18 Januari 2003 dengan tujuan bekerja menanam Achasia di PT. RAPP.

Melanjutkan cerita hidupnya yang saat itu bekerja sungu-sungguh sebagai tenaga kerja hingga beberapa tahun kemudian mencoba merekrut teman-teman sekampung untuk dirinya menjadi Kepala Rombongan (KR) dan atas kesungguhan itu hingga menghasilkan hingga beberapa tahun kemudian mencoba menitik karier di dunia politik.

“Ya, mengenai keberhasilan itu. Modal dasarnya memberikan kepercayaan di tempat kita bekerja (Bos) dan juga kepada sesama. Apalagi, di Riau dapat hidup siapa saja asalkan tidak memilih pekerjaan dan tidak seperti di Kota meda kala itu yang setiap sudut di pegang salah satu Organisasi (OKP) yang di pimpin alm Olo Panggabean,” Jelasnya.

Melihat dan merasakan kerasnya hidup di Kota Medan saat itu, saya memilih berhenti menarik becak dan mencoba bekerja di Rumah makan dengan niat mencari ongkos pulang ke kampung halaman.

“Benar, setelah di Kampung dan memulai kehidupan disana dengan menampung Minyak Nilam dari petani dan setelah terkumpul baru menjualnya kepada Toke /bos (Penampung). Namun tidak berjalan lama usaha itu karena harga Minyak Nilam pada waktu itu jatuh anjlok sehingga saya terpuruk dan dililit hutang yang kemudian saya menangis sejadi-jadinya dalam kamar sambil berdo’a,” ungkapnya.

Mengenai Do’a saya pada waktu itu, meminta kepada Tuhan agar mengabulkan Hutang saya cepat terbayarkan. Bahkan saya rela miskin asalkan saya tidak memiliki beban hutang. Dan ternyata dalam 1 Tahun hutang itu dapat saya selesaikan dengan banting tulang bersawah (Tani).

“Ya, kebun milik orangtua tidak memadai dikelola 3 orang anak sehingga saya musyawarahkan sama orang rumah untuk membelikan tanah diluar dan orang rumah setuju sehingga kami mencoba membukan lahan sawah di kampung orang rumah dan mengawali bertani disana. Kami harus mandah dan hanya Sabtu dan minggu pulang ke rumah,” kata Sokhiatulo laia menceritakan kisah hidupnya hingga mapan.

Menurutnya, dirinya sampai di kerinci tidak ada niat sebelumnya. Namun karena para Ibu-ibu mendengar adanya lowongan kerja di kerinci dengan gaji 50.000/hari sehingga balik mandah dan mereka mengajak ke daerah pelalawan ini,” Jelasnya.

“Saya memutuskan pulang kampung untuk mewujudkan niat besar saya membangun kampung halaman (Kabupaten Nias Selatan) melalui kepemimpinan jabatan Politik,” jelasnya mengakhiri.(Aris)

Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.